Rabu, 08 Agustus 2018


Sepercik Masa Lalu



     Semuanya berawal ketika kita saling sapa dimedia sosial, kamu lelaki baru yang menyapaku dengan aneh, membuat hari-hariku kembali ceria. Semua terasa singkat, seiring berjalannya waktu kita merasa nyaman satu sama lain.
     Kamu mengatakan bahwa kamu mencintaiku, mati-matian aku menolak rasa yang muncul karena kehadiranmu. Aku takut sakit, aku belum siap untuk jatuh cinta lagi. Tapi apalah, hati ini memang tak bisa diajak kerja sama. Aku juga mencintaimu, aku sudah terlanjur terbiasa denganmu, aku tak tau hubungan ini nyata atau tidak, aku tak tau. Yang aku tau, aku terlalu mencintaimu.
     Semua berlalu begitu cepat, hobimu yang membuat kita jarang saling bertukar kabar lagi, kamu terlalu sibuk dengan profesimu hingga kamu sering lupa kalau ada aku disini, aku yang selalu menunggumu. Dan ini yang membuat kita semakin jauh. Aku hanya ingin sesibuk apapun kamu setidaknya lihatlah aku, aku membutuhkan perhatianmu, tapi hanya meminta sedikit saja perhatianmupun aku tak bisa, aku salah.
     Bukan hakku untuk melarangmu, aku hanya takut jika kamu lupa denganku, aku takut kamu berpaling, tapi apalah aku. Hingga akhirnya aku memilih pergi, aku kira kau akan menahanku, aku kira dengan rasa cintamu kamu tidak rela aku pergi. Ternyata aku salah, kamu lebih memilih aku pergi dan dengan mudahnya kamu bilang ini yang terbaik, kita masih bisa berteman, kalau ini yang terbaik kenapa aku menangis? kalau kita masih bisa berteman kenapa aku dan kamu seperti yang tak pernah kenal??
     Sekarang semuanya sudah berbeda. Kamu bukan milikku lagi, kabarmu bukan milikku lagi, cintamu juga bukan milikku lagi. Sekarang kamu sudah jalan semakin jauh dari bayanganku, mungkin sekarang hidupmu jauh lebih baik dan bahagia daripada hidup denganku.
     Aku tidak baik-baik saja disini, aku menangisi dirimu yang memilih membiarkan aku pergi. Tapi sekarang aku memang harus pergi, pergi dari kehidupanmu.